Pendalaman Materi Jilid 1–Ghorib Musykilat: Menguatkan Kompetensi Bacaan dan Pemahaman Guru Al-Qur’an

MEC NEWS
MEC NEWS

Pada sesi siang, kegiatan Standarisasi Guru Al-Qur’an Metode Tilawati yang diselenggarakan oleh Mandiri Entrepreneur Center (MEC) berfokus pada bimbingan teknis (bimtek) intensif. Agenda ini mengulas secara menyeluruh seluruh pokok bahasan Metode Tilawati, mulai dari Jilid 1 hingga materi Ghorib Musykilat. Sesi bimtek menjadi bagian krusial dalam rangkaian proses standarisasi, yang bertujuan memperkuat pemahaman peserta serta memastikan kemampuan mereka dalam menerapkan Metode Tilawati secara tepat dan berkesinambungan di lembaga pendidikan masing-masing.

Sesi bimtek dipandu langsung oleh Ustadz Imam Syafi’i, salah satu instruktur berpengalaman dalam pengajaran Tilawati. Dalam penyampaiannya, beliau menekankan bahwa kunci utama keberhasilan seorang guru Al-Qur’an terletak pada kemantapan bacaan dan ketepatan penerapan kaidah tajwid. “Guru harus terlebih dahulu mampu membaca dengan benar sebelum mengajarkan kepada santri. Karena itu, setiap huruf, makhraj, dan sifatnya harus dikuasai secara mendalam agar pengajaran tidak menyimpang dari kaidah yang semestinya,” ujar Ustadz Imam Syafi’i.

Materi yang disampaikan mencakup penjabaran detail atau pokok bahasan dari Jilid 1 hingga Ghorib Musykilat, di mana peserta tidak hanya mempelajari teori, tetapi juga langsung berlatih membaca dan mengajar sesuai langkah-langkah Tilawati. Pada setiap sesi latihan, Ustadz Imam memberikan koreksi langsung terhadap bacaan peserta, baik dari segi makhraj huruf, panjang pendek (mad), maupun irama tartil yang menjadi ciri khas metode Tilawati.

Pendekatan pembelajaran yang diterapkan bersifat aktif dan partisipatif, di mana peserta tidak hanya mendengarkan penjelasan, tetapi juga berperan aktif dalam simulasi mengajar, membaca bergantian, dan mengoreksi teman sejawat. Suasana kelas terasa hidup, penuh semangat, dan saling mendukung dalam memperbaiki kesalahan bacaan.

Selain aspek teknis bacaan, Ustadz Imam juga memberikan penekanan pada pentingnya tahsin dan tartil sebagai pondasi utama dalam mengajarkan Al-Qur’an. Beliau menjelaskan bahwa Tilawati bukan sekadar metode membaca Al-Qur’an, melainkan pendekatan sistematis yang menggabungkan kedisiplinan kaidah tajwid dengan keindahan irama bacaan. Hal inilah yang membedakan Tilawati dari metode lainnya, serta menjadikannya relevan diterapkan di berbagai lembaga pendidikan Al-Qur’an di Indonesia.

Peserta terlihat antusias mengikuti setiap sesi hingga akhir. Banyak di antara mereka mengaku mendapatkan pemahaman baru tentang penerapan kaidah bacaan yang selama ini terlewat, serta lebih percaya diri.

Melalui kegiatan pendalaman materi ini, MEC berharap seluruh peserta tidak hanya mahir membaca, tetapi juga mampu mengajarkan Al-Qur’an secara benar, tartil, dan menyenangkan sesuai dengan standar Metode Tilawati. Bimtek ini menjadi pondasi penting dalam mencetak guru-guru Al-Qur’an yang tidak hanya terampil secara teknis, tetapi juga memiliki kesungguhan hati untuk menjaga kemurnian bacaan dan menyebarkan nilai-nilai Al-Qur’an dengan penuh keikhlasan.

 

Bagikan:

Tags

Related Post