Cerita Alumni – Setiap orang tentunya ingin sukses dan berhasil. Dan tiap orang memiliki kriteria kesuksesannya masing-masing.
Sedang untuk meraih kesuksesan tersebut, kita harus mempunyai tujuan dan cara apa yang akan ditempuh demi meraih kesuksesan tersebut.
Sebelum berlanjut, aku mau memperkenalkan diri.
Nama lengkap aku M. Rhozaqul Hirmawan, tapi orang tua aku memberi nama panggilan kepada aku Rizal. Mengapa? Katanya kalau mau dipanggil Rhozaq, di kampung sudah ada memakai.
Aku lahir dan besar di Kabupaten Gresik Jawa Timur, terlahir sebagai anak ke 3 dari 4 bersaudara. Lahir dalam keadaan keluarga yang alhamdulillah harmonis, walaupun keadaan ekonomi tidak seperti teman-teman yang lain.
Sedangkan untuk mewujudkan kesuksesan, kita pasti berdo’a pada tuhan agar dapat terwujud juga tak lupa dibarengi dengan ikhtiar/usaha.
Dan salah satu ikhtiar untuk meraih kesuksesan yang aku inginkan adalah masuk ke salah satu lembaga diklat (pendidikan latihan) yang berada di Kota Pahlawan Surabaya yaitu Mandiri Entrepreneur Center.
Disini aku akan menceritakan pengalaman pribadi saat mengalap ilmu di MEC. Mulai sejak dari mengapa aku bisa masuk MEC hingga sampai bisa mengetahui banyak ilmu yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan.
Kok Bisa Masuk MEC?
Oke aku tahu apa itu MEC saat mengikuti kegiatan Supercamp yang diselenggarakan oleh Laznas Yatim Mandiri. Kegiatan itu dilaksanakan di Kota Tuban.
Selama 3 hari 2 malam, aku diberi berbagai pencerahan dan motivasi sekaligus pengalaman pertama kali berdagang.
Dan disalah satu sesi kegiatan, yang kebetulan saat itu Pak Yanto menyampaikan tentang apa itu MEC.
Awalnya aku tidak terlalu memperhatikan apa yang disampaikan oleh Pak Yanto.
Tapi saat beliau menjelaskan tentang beberapa kesuksesan dari para Alumninya, aku menjadi tertarik dan memperhatikan apa yang disampaikan beliau.
Saat akhir acara, ada pembagian kuisioner yang harus diisi oleh para peserta, dan peserta dengan kuisioner terbaik pada tiap cabangnya akan mendapat golden ticket masuk MEC tanpa tes.
Alhamdulillah, dengan seizin allah untuk yang berasal dari Gresik yang mendapat Golden Ticket tersebut adalah aku. Oleh pak Yanto diberi semangat dan ditunggu kedatangannya di MEC.
Saat Test
Setelah pulang dari acara Supercamp, aku kemudian mencari tahu apa itu MEC. Ternyata aku merasa cocok dan mantap mau kesana.
Singkat cerita aku disuruh menjalani tes ke kantor cabang, tes ini katanya buat aku bukan untuk penentu masuk apa tidak. Karena aku sudah pasti masuk. Tapi untuk mengetahui aku kira-kira cocoknya dimasukkan di prodi mana.
Ada dua pilihan prodi yang wajib dipilih dari sekian prodi saat tes. Pilihan pertamaaku adalah prodi Akuntansi dan yang kedua adalah Prodi Teknologi Informasi.
Setelah melakukan tes tulis, ada tes wawancara yang harus dilalui, kebetulan sekali yang mewawancarai aku pada saat itu adalah Pak Yanto.
Tes tulis sudah, wawancara sudah. Aku memutuskan pulang lebih cepat karena sudah ditunggu oleh teman aku. Juga kebetulan disekolah masih ada kegiatan yang harus aku jalani
Pengumuman Tes
Saat bulan puasa, pengumuman hasil tes sudah keluar.
Ternyata aku masuk ke prodi Teknologi Informasi.
Awalnya sih kecewa karena gak masuk Akuntansi. Tapi karena keputusan itu sudah final dan tidak bisa diganggu gugat. Aku terima
Datang ke MEC
Berangkat dari rumah setelah Dhuhur. Aku diantar oleh keluarga naik mobil paman yang dipinjam oleh kakakku. Sampai ke MEC sekitar jam setengah tiga.
Biasanya perjalanan yang ditempuh gak sampai 1 jam, tapi berhubung kena macet maka perjalanan menjadi lama.
Disana ada pak Yanto dan beberapa orang anak muda yang ternyata mereka adalah para mentor. Aku datangi pak Yanto dan bersalaman dengan beliau.
Kemudian aku check in dan menyerahkan semua barang-barang yang tak boleh digunakan seperti hape dan uang. Setelah check in aku bergegas untuk ke keluargaku untuk pamitan dan minta doa agar dilancarkan saat disini.
Berpisah dari keluarga dan orang-orang yang dicintai sebenarnya membuatku sedih. Karena sebenarnya gak pernah yang namanya jauh dari rumah, meskipun aku aktif di berbagai keorganisasian tapi pasti namanya pulang ke rumah. Walaupun ya hanya sesaat terus keluar lagi.
Masuk MEC
Di MEC, aku masuk ke Angkatan 15. Jadi lembaga ini ternyata sudah ada 15 Angkatan dan telah meluluskan lebih dari 1600 Alumninya.
Setelah masuk dan mengikuti kegiatan MOPD, para peserta didik termasuk aku diberitahu bahwa di MEC menekankan pada tiga aspek yang yang dilakukan dan harus dicapai oleh para peserta didiknya.
Yaitu Akademik, Keasramaan (Spiritual), dan Entrepreneur. Dibawah ini akan menceritakan pengalamanku dalam mencapai target pada tiap-tiap aspek. Oh ya selama aku disini, aku awalnya memperkenalkan diriku dengan nama Rizal. Berhubung ada disini yang namanya benar-benar asli “Rizal” maka semua memanggilku Rhozaq.
1. Akademik
Hal yang pasti diperoleh saat masuk dalam dunia perkuliahan adalah akademik. Dengan statusnya sebagai penyelenggara diklat yang jenjangnya setara dengan D-1, maka MEC mempunyai beberapa program studi pilihan yang disesuaikan dengan kebutuhan.
Diantara beberapa program studi yang ada di MEC adalah : Teknologi Informasi, Desain Grafis, Akuntansi, Manajemen Zakat, Otomotif, Kuliner, dan Agro Industri.
Di sini aku masuk ke Prodi Teknologi Informasi. Awalnya saya kira kalau disini saya bakal dikasih ilmu tentang komputer dan jaringannya, ternyata setelah masuk proses pembelajaran. Apa yang diajarkan lebih dari itu.
Yang pasti mulai dari Komputer dan Jaringannya (tapi tidak menjadi hal utama yang diajarkan), pengembangan web (HTML, PHP, hingga CodeIgniter), instalasi server, juga membuat aplikasi baik aplikasi android maupun web app.
Dan hebatnya lagi yang mengajarkan itu semua satu orang yaitu Pak Arif. Beliau merupakan putra Sidoarjo lulusan ITS. Ilmu yang dimiliki beliau sangatlah luas. Bukan hanya ilmu yang IT, ilmu Agama beliau kuasai karena sejak muda sebelum kuliah suka ngaji kitab ke kyai-kyai sekitar Sidoarjo-Surabaya.
Tapi beberapa dari kami yang ada pada prodi TI tidak bisa mengikuti materi yang Pak Arif berikan. Hal itu disebabkan karena kemampuan yang mereka miliki kurang.
Oleh Pak Arif, mereka dialihkan ke Marketing Online. Lagi-lagi ilmu ini beliau kuasai. Mulai dari cara yang cepat sampai lama, cara yang gratis maupun berbayar. Diajarkan kepada kami semua.
Dan dari sembilan anak didik beliau, yang menekuni pemrograman tinggal tiga orang termasuk aku. Empat memilih Online Marketing, satu memilih server, dan satunya memilih Adsense.
Selain dari pemrograman, aku juga belajar ke beliau tentang trading. Ternyata Pak Arif juga bermain di dunia trading ini. Sedikit demi sedikit aku diajarinya, baik ilmu programming hingga trading.
2. Asrama
Agama sudah mengajarkan untuk menyeimbangkan antara urusan dunia dengan akhirat. Di MEC juga tidak melulu fokus ke ilmu yang bersifat duniawi. Namun juga urusan akhirat diperhatikan disini.
Contohnya adalah disini setiap peserta didik diberi materi pembelajaran Al-quran dengan metode Tilawati dan diajarkan dari nol. Meskipun sebelum ke MEC sudah mempunyai bekal kemampuan membaca Al-quran yang baik.
Juga disini para peserta didik dituntut untuk menghafalkan surat-surat Juz 30, Wazhifah Sughro Al-Ma’tsurot (Dzikir Pagi dan Sore). Keduanya ada target yang harus dicapai untuk dihafalkan.
Alhamdulillah disini Allah mewujudkan doa aku selama yang ingin hafal Juz 30 dan istiqomah dalam menjalankan sholat 5 waktu juga sholat sunnah lainnya utamanya qiyamul lail.
Dalam perjuanganku untuk menghafal aku tidak menemui kesulitan. Tapi yang susah itu istiqomah untuk murojaah agar hafalan kita tidak hilang. Dan saat tilawati pun tak ada kesusahan yang aku temui.
Sekarang ini aku sudah hafal juz 30 dan masih terus berusaha untuk menjaga hafalanku. Saat Munaqosyah, alhamdulillah aku lulus dan sudah mendapat izin untuk mengajar ngaji.
Selain hafalan dan tilawati, kami juga ada kegiatan diniyah. Jadi sistem diniyah disini adalah seperti kajian, bukan diniyah ngaji kitab kuning.
Dan materi pembahasan diniyahnya adalah Fiqih Ibadah, Fiqih Muamalah, Akidah, dan Akhlak yang akan menjadi modal kami setelah lulus dari MEC ini.
3. Entrepreneur
Semua hal yang besar dimulai dengan yang kecil dahulu. Rata rata seorang pengusaha yang sukses pasti mengawali bisnisnya secara kecil-kecilan. Tidak mungkin langsung menjadi besar.
Di MEC, kami para peserta didik diminta terjun langsung kelapangan untuk berjualan seminggu sekali. Awalnya aku pesimis karena harus mencari supplier sendiri, dan melakukan itu semua dengan berjalan kaki.
Tapi disinilah aku dilatih, ditempa mental petarungnya, mental bisnisnya hingga tertata dengan baik untuk melangkah ke jenjang selanjutnya.
Alhamdulillah, sekarang tiap waktunya entrepreneur. Allah melancarkan kegiatan aku, rejeki aku. Dan juga aku bertemu dan berkenalan dengan orang-orang yang baru utamanya supplier aku, hingga beberapa sudah seperti orang tua aku sendiri.
Dari kegiatan mingguan ini, aku bisa mengenal seluk beluk jalan yang ada di daerah Jambangan dan sekitarnya. Jadi kalau saya jalan-jalan ke Surabaya tidak sampai tersesat seperti dulu lagi.
Oh ya, dari entrepreneur ini aku akhirnya bisa menabung juga. Karena dari dulu aku orangnya susah untuk menabung. Kalau ditotal ya tabunganku lumayanlah, pencapaian tersendiri bagiku.